Mind Setting in The Paradoxical World

Gelombang perubahan ekonomi dunia yang telah memasuki Era Informasi telah merubah secara drastis tata kehidupan dan pola pikir manusia masa kini. Sayangnya tidak semua orang mampu melihatnya dan kalaupun tahu tidak mencoba merangkulnya. Orang cenderung bertahan pada status quo, zona kenyamanan era industrial yang telah berurat akar dalam cara pandang sikap dan perilaku, meskipun disisi lain mereka sudah harus menggunakan berbagai perangkat kehidupan era informasi (handphone, komputer, internet dll). Sayangnya pula, berbagai institusi dan organisasi masih pula menggunakan pradigma era industrial dalam pengelolaan maupun tatanannya. Akibatnya jelas terlihat kecanggungan dan “kagok” , satu kaki telah terdesak masuk ke era Informasi sedang kaki yang lain beserta hati dan isi kepala masih tertinggal di era industrial.

Kecanggungan itu semakin menjadi-jadi karena perubahan paradigma yang dahsyat itu membawa pada kehidupan yang paradoksikal yang sebelumnya dianggap tidak masuk akal, semisal berkompetisi sekaligus berkolaborasi, memimpin sekaligus melayani, penyiar harus menjadi pendengar agar bisa menyiarkan, harga murah tapi mutu tinggi, produksi masal margin kecil versus volume kecil margin besar dan sebagainya. Ketika “yang tak masuk akal” itu tidak kunjung dapat kita terima, hasilnya keterkejutan dan kekagokan yang berkelanjutan dan semakin dalam.

Kecanggungan ini telah membuat bangsa Indonesia sering tertinggal dan terkaget-kaget dengan berbagai kejadia dan perubahan tanpa mampu menyiapkan diri menghadapainya. Semua itu berpangkal pada pola pikir yang masih terbenam jauh di era industrial yang kini terbukti telah mendegradasi harkat dan martabat manusia dan kemanusiaan.

Lahirnya era Informasi membawa implikasi yang sangat besar, termasuk semakin santunnya bisnis dan pola organisasi akibat transparansi dan kecepatan yang tidak terhindarkan dari tuntutan masyarakat konsumen. Hal ini pun melanda pelayanan publik dan instansi pemerintah yang kian hari semakin terdesak oleh tuntutan cepat, fleksibel, sederhana dan adaptif. Kekakuan gerak organisasi pada hakekatnya terletak pada kelumpuhan paradigma para pmpinan dan karyawannya. Karena itu tuntutan terhadap reformasi  birokrasi sudah tidak dapat ditunda lebih lama lagi.

Dalam kaitan itulah pentingnya pelatihan Mindsetting ini dilakukan agar bukan hanya demi menghindarkan para karyawan menjadi korban perubahan melainkan sedapat mungkin merangsang mereka menjadi agen perubahan dan motor penggerak reformasi birokrasi di lingkungan kerja mereka.

Mengacu pada pemikiran itulah pelatihan “Minsetting in the Paradoxical World” disusun secara sistematis meliputi:

  1. Paradox in the 21st century
  2. Implikasi Ekonomi gelombang Ketiga
  3. Tuntutan dan Respons Organisasi maupun Individu terhadap Ekonomi Gelombang Ketiga
  4. Peran dan Pengaruh Teknologi Informasi
  5. Mengadopsi NilaiNilai Baru Era Informasi
  6. Being Trustworthy (Menjadi Manusia Handal/Dapat Dipercaya)
  7. Building Synergy (Kerjasama menghasilkan sinergi)
  8. Being a Powerhouse Person (Menjadi Pemberdaya bagi orang lain dan organisasi)
  9. Being a Traiblazer (Menjadi Pionir dan Agen Perubahan)
Mengingat besarnya ukuran memory waktu upload serta kedalaman materi maka presenteasinya disajikan dalam 4 posting artikel. Yang pertama ini meliputi bahasan mengenai Paradox in The 21st Century.

Selamat menikmati dan jangan lupa merubah mind set anda bila perlu.

No comments:

Post a Comment

Silakan menuliskan komentar anda di kolom yang tersedia dibawah ini